Rabu, 25 Januari 2012

ORANG PINTAR MUHASABAH DIRI


Rasulullah Saw. bersabda, “Orang yang cerdas adalah orang yang mengendalikan hawa nafsunya dan beramal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Dan, orang yang lemah adalah orang yang mengikuti nafsunya seraya berangan-angan kepada Allah.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan ia menyatakan hadits hasan)

Allah telah menetapkan perjalanan hidup yang seharusnya ditempuh manusia di dunia. Dia juga telah menetapkan tujuan yang semestinya dicapai manusia. Dan, kesuksesan seseorang diukur dengan hasil akhirnya. Allah Swt. menegaskan,“Setiap jiwa akan merasakan mati. Maka siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga sungguh ia telah beruntung. Dan, tidaklah kehidupan dunia itu melainkan kesesenangan tipuan.” (Q.S. Ali Imran [3]: 185)

Tentu saja hal itu terjadi di hari akhirat. Sehingga, seseorang tidak dapat menunggu yang akan didapatkan di akhirat untuk kemudian melakukan perbaikan (di dunia) karena itu merupakan hasil akhir. Dan, kesempatan untuk mengubah dan kembali sudah tidak ada lagi. Karena, hasil apa pun yang diperoleh pada hari akhirat adalah balasan atas yang dilakukan selama hidup di dunia. Masa beramal sudah usai dan hari akhirat adalah masa menerima balasan. Allah berfirman:

“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (Q.S. Al-Zalzalah [99]: 7-8)

Allah Swt. berfirman pula, “Dan carilah (kehidupan) negri akhirat pada apa yang Allah berikan kepadamu dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia. Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah melakukan kerusakan di bumi sesungguhnya Allah tidak suka kepada para perusak.” (Q.S. Al-Qashash [28]: 77)

Dengan ayat tersebut, Allah memerintahkan kita untuk menjadikan kehidupan dunia sebagai alat untuk mencapai kehidupan akhirat yang bahagia. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi kita yang menginginkan kehidupan bahagia hakiki di hari setelah kematain kelak selain melaksanakan yang disabdakan Rasulullah Saw. itu. Dan, itulah orang yang cerdas. “Orang yang cerdas adalah orang yang mengendalikan hawa nafsunya dan beramal untuk menghadapi setelah kematian. Dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti nafsunya seraya berangan-angan kepada Allah.”

Bisa dimengerti jika Rasulullah Saw. menyebut orang yang mampu mengendalikan hawa nafsu dan berjuang untuk membangun kehidupan setelah kematian sebagai orang yang cerdas. Karena, orang yang mampu mengendalikan hawa nafsu adalah orang yang akalnya merdeka. Dia mampu mengambil hal terbaik dari segala yang dia jalanai dalam kehidupan. Akalnya difungsikan secara baik dalam menilai baik dan buruk. Fikirannya digunakan untuk mentafakuri ayat-ayat Allah baik yang bersifat kauniyyah maupun qauliyyah, sebagaimana digambarkan oleh-Nya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka’.” (Q.S. Ali Imran [3]: 190-191)

Dan, dapat difahami pula bila Rasulullah Saw. menyebut orang yang berbuat untuk menghadapi kehidupan setelah kemataian sebagai orang yang cerdas. Karena, orang ini berjalan dan bekerja dalam hidupnya dengan berpegang pada orientasi ke depan yang jauh. Tidak hanya berfikir dan berorientasi pada masa yang pendek. Dia mengukur dirinya dan segala yang akan dilakukannya dengan takaran target yang ingin dicapai. Ia selalu bertanya dalam dirinya saat akan melakukan suatau pekerjaan atau melampiaskan kesenangan, “Adakah hal ini mendekatkan saya ke surga atau menjauhkan saya darinya?”

Sedangkan, orang lemah tak berdaya bertekuk lutut dalam penguasaan hawa nafsu. Dan, dia hanya berangan-angan bahwa Allah akan meberinya sesuatu yang indah dan menyenangkan, tanpa beramal dan berjuang.

Di sinilah arti penting muhasabah. Muhahasabah adalah evaluasi terhadap diri sendiri dan menghitung-hitung yang sudah dan yang belum dilakukan. Muhasabah adalah upaya koreksi atau pelurusan terhadap diri kita agar senantiasa berada di jalan yang diridoi oleh Allah Swt.

Seorang yang beriman bukan berarti tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya. Bukan pula yang tidak pernah mengalami penyimpangan dalam hidupnya. Melainkan, orang yang apabila melakukan kesalahan dan mengalami penyimpangan bersegera melakukan perbaikan dan meluruskan arah. Allah Swt. berfirman:

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (Q.S. Ali Imran [3]: 135)

Ibarat pilot, dalam satu rute penerbangan ia sangat mungkin melakukan kesalahan. Itu tidak masalah selama dia memiliki tiga hal; rute dan tujuan perjalanan, kompas pemandu, dan selalu kembali dari waktu ke waktu.

Umar bin Khattab mengatakan, “Hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum dihisab (oleh Allah di hari akhirat), dan timbanglah diri kalian sebelum ditimbang (oleh Allah pada hari akhirat). Karena kalian akan lebih baik melakukan hisab hari ini dari pada dihisab kelak. Berhiaslah untuk hari perhitungan terbesar di mana kalian ditampilkan dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari diri kalian.”
Imam Ahmad meriwayatkan dari Wahb, dia menyatakan bahwa di dalam hikmah Nabi Dawud a.s. tertulis, “Hak bagi orang berakal ialah tidak lalai terhadap empat waktu/momentum. Satu waktu ia bermunajat kepada Tuhannya. Satu waktu ia memuhasabah jiwanya. Satu waktu ia bergaul dengan teman-temannya yang menjelaskan aib-aibnya dan meluruskan jiwanya. Dan satu waktu ia menyepi antara jiwanya dengan kelezatannya memikikirkan yang halal dan yang menjadikan jiwanya terlihat indah.” (Kumpulan Tulisan Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, Iqbal kadir, Penerbit Buku Islam Rahmatan, Jakarta).

Al-Hasan berkata, “Orang Mukmin itu selalu mengurusi jiwanya. Ia mengevaluasi dirinya karena Allah. Hisab pada hari kiamat menjadi amat ringan bagi orang-orang yang melakukan perhitungan terhadap dirinya di dunia. Dan hisab tersebut menjadi amat sulit bagi orang-orang yang menjalani hidup ini tanpa evaluasi di dalamnya.” Allahu a’lam. 

Aryo HA, S.Kom, MM.

Jumat, 20 Januari 2012

KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM

Kepemimpinan dalam Islam

 
Apakah kepemimpinan itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, memimpin berarti 1. mengetuai atau mengepalai, 2. memenangkan paling banyak, 3. memegang tangan seseorang sambil berjalan (untuk menuntun, menunjukkan jalan dsb), 4. memandu, 5. melatih (mendidik, mengajari, dsb) supaya dapat mengerjakan sendiri.

Dalam bahsa Arab, kata yang sering dihubungkan dengan kepemimpinan adalah ra'in, dari hadits nabi, kullukum ra'in wa kullukum mas'ulun '˜an ra'iyyatihi (setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu bertanggungjawab atas kepemimpinanmu).  Ra'in sesungguhnya berarti gembala.  Seorang pemimpin ibarat serang penggembala yang harus membawa ternaknya ke padang rumput dan menjaganya agar tidak diserang serigala.
Adapun ra'iyyah berarti rakyat.  Jadi seorang pemimpin pasti mempertanggungjawabkan kepemimpinannya di hadapan rakyat. Selain kata ra'in seringkali dipakai kata ra'is yang berhubungan dengan kata ra's artinya kepala. Ada pula yang menggunakan kata sa'is yang berarti pengendali kuda.  Memang seorang pemimpin adalah seorang yang mampu mengendalikan anggotanya. Sa'is memiliki akar kata yang sama dengan siyasat, strategi. Untuk itu, dalam memimpin diperlukan strategi.
Ada pula yang mengartikan pemimpin dengan kata imam, yang berarti di depan. Kata ini memiliki akar yang sama dengan umm, yang berarti ibu. Seorang imam atau pemimpin memang harus memiliki sifat seorang ibu. Penuh kasih sayang dalam membimbing dan mengendalikan umat. Ada kaitan antara imam, umm, dan ummat.  Sifat nabi kita di antaranya adalah ummi, yang berarti penuh keibuan (al-A'raf 156 dan 158)..
***
Dalam teori sosiologi, menurut Max Weber, kepemimpinan dibagi ke dalam tiga tipe.
Tipe yang pertama adalah kepemimpinana tradisional.  Masyarakat yang memegangn kepemimpinan ini meyakini bahwa jiwa kepemimpinan dan kebijaksanaan bisa diturunkan melalui garis darah. Mereka meyakini bahwa ada keluarga tertentu yang mampu menjaga karakter kepemimpinan.  Monarkhi bisa lahir dalam masyarakat tradisional.  Masyarakat yang mengagungkan tradisi tidak hanya masyarakat  yang hidup di masa lalu.  Di dalam masyarakat modern pun terdapat komunitas yang masih berpegang kepada tradisi.  Sistem kerajaan di Inggris, umpamanya adalah salah satu contoh masyarakat yang masih memegeng tradisi di bidang kepemimpinan .  Contoh lainnya adalah Jepang.  Mereka dipimpin oleh seorang Kaisar (tenno haika) secara turun temurun. Sekalipun tenno haika tidak lagi dipercaya sebagai keturunan Amaterasu Omikami (dewa matahari), namun mereka tetap merasa nyaman dipimpin oleh keluarga kaisar.  Demikian pula negeri-negeri seperti Arab Saudi dan beberapa negeri di Eropa.
Kepemimpinan di masyarakat tradisional tidak hanya untuk kepemimpinan politik saja, namun juga di bidang keagamaan.  Para pemimpin dan penyebar agama di zaman dahulu selalu berasal dari satu garis keturunan.  Para nabi dalam tradisi Timur Tengah berasal dari satu nenek moyang, yaitu Ibrahim.  Sekalipun tidak semua keturunan Ibrahim menjadi nabi, akan tetapi hampir semua nabi adalah keturunan Ibrahim.
 
Tipe kedua adalah kepemimpinan kharismatik.  Pemimpin tipe ini dianggap memiliki kemampuan adikodrati, yaitu sifat dan kemampuan di atas rata-rata manusia.  Mereka adalah sosok yang dianggap memiliki kemampuan yang ilahiyah, sehingga mampu melakukan hal-hal yang orang biasa tidak mampu.  Para nabi pada zaman dahulu adalah pemimpin harismatik. Mereka dibekali dengan mukjizat yang merupakan kekuatan adikodrati. Pemimpin seperti ini tidak setiap saat bisa lahir, dan tidak bisa dilahirkan.  Pemimpin seperti ini selalu dihormati pandangan dan keputusannya.
Di zaman modern kita menjumpai banyak pemimpin yuang memiliki kharisma.  Contohnya adalah Ayatullah Khomeini di Iran, Isabela Peron di Argentina, Fidel Castro di Kuba, Mahatma Gandhi di India, atau Soekarno di Indonesia.  
Tipe ketiga adalah kepemimpinan berdasarkan legal rasional.. Yaitu kepemimpinan yang didapat melalui tata cara dan aturan rasional yang disusun untuk menyaring seorang pemimpin.  Masyarakat yang telah menyusun aturan rasional dalam menentukan seorang pemimpin biasanya tidak memandang seseorang berdasarkan keturunan atau karakternya.  Mereka menetapkan kriteria atau persyaratan, dan ditetapkan melalui musayawarah atau pemilihan.
Seorang pemimpin kharismatik bisa saja lahir dari tipe yang ketiga ini. Seseorang yang tidak begitu dikenal, namun karena terpilih dan mampu menunjukkan karakter dan kemampuan yang luarbiasa, ia bisa berubah menjadi pemimpin kharismatik.
Sebuah organisasi modern tentu harus memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada sebanyak-banyak anggotanya.  Untuk itu maka tipe ketiga memungkinkan siapa pun untuk bisa menjadi pemimpin.  Masyarakat modern tidak lagi memerlukan pemimpin yang  berkharisma atau dari keluarga  tertentu.  Yang diperlukan oleh masyarakat modern adalah kontrak dan kesepakatan.  Selagi seseorang mampu dan berjanji akan melaksanakan aturan dan kesepakatan-kesepatan yang telah disusun para pemilihnya, maka orang tersebut pun  diangkat menjadi pemimpin.
***
Islam memberikan posisi yang amat terhrmat bagi para pemimpin. Bahkan dalam al-Qur'an ada sebuah do'a agar kita bias menjadi pemimpin. Doa tersebut adalah Rabbana hab lana min azwajina wa dzuriyyatina qurrata a'yun waj'alna lil muttaqina imama (Al-Furqan, 74)

Artinya, 'Ya Tuhan kami, anugaerahkanlah kepada kami isteri-isteri (suami-suami) dan anak-anak yang menyenangkan hati kami, danjadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa..'
Untuk itu menjadi pemimpin harus menjadi cita-cita setiap orang yang beriman.    Rasulullah tidak pernah menetapkan satu system tertentu bagi sebuahkepemimpinan'¦ Semua itu diserahkan kepada kaum muslimin.  Selama sebuah sistem mengedepankan musyawarah maka sisitem itu sudah mengarah kepada kesempurnaan.***
 

Selasa, 17 Januari 2012

DA'WAH


Tausiyah Agama
ANGAN-ANGAN ORANG YANG SUDAH MATI
www.google.com 
Pertama-tama, khatib mengajak semua jamaah, hendaklah kita senantiasa berusaha meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala disetiap waktu yang masih Allâh Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita semua. Karena taqwa merupakan bekal terbaik kita menghadap Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan tidak ada seorang pun di antara kita yang tahu, kapan dia dipanggil menghadap Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Maka marilah kesempatan yang masih diberikan ini kita manfaat sebaik mungkin untuk mempersiapkan bekal terbaik demi meraih kebahagian abadi di akhirat.

Setiap manusia di dunia ini memiliki angan-angan yang  ingin direalisasikan menjadi sebuah kenyataan. Kebanyakan angan-angan itu tertuju pada meraih jabatan tinggi, harta berlimpah, istri cantik jelita nan mempesona, rumah luas dengan fasilitas lengkap nan mewah dan berbagai kenikmatan dunia lainnya yang diimpikan banyak orang.
Di sisi lain, ada si miskin yang ingin menjadi kaya raya; Ada si sakit yang ingin segera sembuh dari sakitnya dan bisa kembali menikmati dunia; Dan ada si kaya yang sangat benci kemiskinan tapi terus merasa dirinya miskin, sehingga semangatnya untuk menambah kekayaan tidak pernah rapuh.
Memang benar apa yang di sabdakan Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa angan-angan manusia di dunia tidak akan pernah habis sampai mereka masuk ke dalam kubur,

Seandainya seseorang memiliki satu lembah emas, niscaya dia ingin memiliki dua lembah emas lagi, dan tidak ada yang bisa memenuhi mulutnya kecuali debu (tidak ada yang bisa menghentikan keinginannya kecuali kematian) dan Allâh menerima taubat orang yang bertaubat.
Namun bagaimanapun  angan-angan di dunia ini selama masih ada kesempatan, maka masih bisa di usahakan dan masih ada kemungkinan menjadi sebuah kenyataan. Yakni dengan melakukan sebab sebab yang sudah di tetapkan oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala.
Pada kesempatan ini, khatib tak hendak mengajak jamaah sekalian untuk memiliki angan-angan dunia yang muluk-muluk, tapi khatib hendak mengajak agar kita merenungi angan-angan sebagian orang yang sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk merealisasikannya. Angan-angan mereka sudah terputuskan dari sebab. Mereka adalah orang orang yang sudah meninggal dunia.
Mungkin ada yang bertanya, apa yang menjadi angan-angan mereka? Setelah melihat kenikmatan atau siksaan Allâh Subhanahu wa Ta’ala terpampang di mata mereka? Masihkan mereka menginginkan kenikmatan dunia yang telah banyak menyita perhatian manusia?

Orang-orang yang sudah meninggal dunia itu bermacam-macam, ada yang baik dan ada pula yang buruk; Ada yang shalih dan adapula sebaliknya; Ada yang ditangisi kematian oleh manusia dan ada pula yang diharapkan kematiannya. Masing-masing orang ini memiliki angan-angan yang berbeda. Angan-angan mereka ini telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, misalnya:

Pertama; Orang-orang shalih ingin segera di bawa ke kuburannya setelah meninggalnya:
Disebutkan dalam Shahîh al-Bukhâri dari hadits Abi Sa’îd al-Khudri radhiallahu ‘anhu,
“Jika jenazah diletakkan lalu dibawa oleh para laki-laki di atas pundak mereka, maka jika jenazah tersebut termasuk orang shalih (semasa hidupnya) maka dia berkata, “Bersegeralah kalian (membawa aku)!” Jika ia bukan orang shalih, dia akan berkata, “Celaka, kemana mereka hendak membawanya ?” Jeritan jenazah itu akan didengar oleh setiap makhluk kecuali manusia. Seandainya manusia bisa mendengarnya, tentu mereka akan pingsan.

Kedua; Orang-orang berdoa agar kiamat di percepat
Disebutkan dalam hadits yang panjang yang dikeluarkan Imam Ahmad dalam Musnad-nya bahwa ketika seorang di dalam kubur bisa menjawab pertanyaan dua malaikat kemudian datang kabar gembira dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala bahwa dia termasuk penghuni surga, maka hamba tersebut memohon agar hari kiamat dipercepat kedatangannya.
Ini adalah angan-angan orang shalih setelah melihat tempatnya di surga, padahal hari kiamat adalah hari yang tersulit dan terberat bagi manusia. Ini sangat berbeda dengan kaum munafik dan orang orang kafir. Mereka memohon kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala agar hari kiamat tidak datang, padahal di dalam kubur mereka mendapatkan siksa yang sangat pedih. Namun karena mereka tahu bahwa siksa di neraka itu jauh lebih menyakitkan dan lebih pedih, sehingga mereka lebih memilih tetap disiksa di dalam kuburnya.

Ketiga; Angan-angan orang yang mati syahid
Shahabat Anas bin Mâlik radhiallahu ‘anhu meriwayatkan dari Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam sabda beliau yang berbunyi,

“Tidak ada seorangpun yang masuk surga kemudian ingin kembali ke dunia kecuali orang yang mati syahid, dan dia tidak menginginkan apapun di dunia kecuali mati syahid. Dia berangan-angan untuk kembali ke dunia kemudian terbunuh sebanyak sepuluh kali, ini di sebabkan oleh kemuliaan  (keutamaan mati syahid) yang dia saksikan.
Inilah sebagian dari angan-angan orang yang telah melihat kemuliannya di sisi Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Meski ingin kembali ke dunia, namun angan-angan mereka tidak ada hubungannya dengan dunia dan kenikmatannya sedikitpun. Mereka ingin kembali untuk menambah amalan agar kemuliaan mereka bertambah di sisi Allâh Subhanahu wa Ta’ala.

Demikianlah beberapa angan-angan orang-orang shalih yang sudah meninggal dunia, lalu bagaimana angan-angan orang yang lalai semasa hidup mereka di dunia? Di antara angan-angan mereka adalah:
Pertama, Shalat dua rakaat
Mereka ingin kembali hidup di dunia kemudian melaksanakan shalat sunat dua rakaat adalah di antara angan-angan orang yang sudah meninggal dunia yang dahulunya sering di sibukkan oleh dunia, sehingga sering meninggalkannya. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,

Rasûlullâh  melewati sebuah kuburan, kemudian bertanya, “Siapa penghuni kuburan ini ?” Mereka menjawab, “Ini kuburan si Fulan”, lantas Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua rakaat lebih dia cintai daripada dunia kalian.”
Dalam riwayat lain di sebutkan,
Shalat sunnah dua rakaat yang ringan yang kalian remehkan, kemudian ditambahkan pada amalan orang ini lebih dia cintai dari pada dunia kalian.

Kedua, yaitu mengeluarkan sedekah.
 Seorang yang sudah meninggal dunia berangan-angan untuk hidup kembali dan mengeluarkan sedekah dan menjadi orang shaleh, sebagaimana di ceritakan oleh Allâh dalam Alquran Qs. Al-Munafiiqun :

.... sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan Aku termasuk orang-orang yang shaleh ?” (QS. Al-Munafiqun/63: 10)

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah, “Setiap orang yang lalai (di masa hidupnya) pasti akan menyesal di saat nyawanya akan dicabut. Ia memohon agar umurnya di perpanjang walau hanya sesaat untuk melaksakan amal shaleh yang selama ini ia tinggalkan.
 
Ketiga, melaksakan amal shaleh:
Angan-angan terbesar orang yang sudah meninggal dunia adalah bisa hidup kembali dan melaksakan amal shaleh,
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan. (QS. al-Mukminun/23: 99-100)

TUGAS

Senin, 16 Januari 2012

Computer: Tugas KKPI

Computer: Tugas KKPI

Orang seringkali menilai dengan parameter subjektif dan melihat orang lain dengan kacamata kuda sehingga sering kali terjadi salah paham dan tidak bertindak dengan arif dan bijaksana dalam menyikap sebuah peristiwa. Hal ini bisa terjadi karena minimnya kesadaran empati dalam memahami kelemahan, kesalahan, kekurangan, kejahilan, dan kenaifan orang lain.

Sebagai pewaris Nabi, maka para da’i, mubaligh, ustadz, ulama, bahkan guru agama juga juga guru KKPI mestinya memberikan kemudahan bagi umat Islam dan siswanya untuk menjalankan perintah agama sebaik-baiknya. Tentunya, mereka mesti dilengkapi dengan ilmu yang cukup di samping juga kearifan dalam bersikap. Dengan demikian akan muncul sikap toleran sehingga akan selalu ada banyak solusi yg bisa dijadikann pilihan apabila mereka menemui masalah, hidup ini slalu membawa banyak manfaat ….. Amin

Rasululloh SAW juga bersabda,“Hendaklah kamu bersikap lemah lembut dan jangan bersikap kasar. Sesungguhnya tidaklah sikap lemah lembut itu ada pada sesuatu kecuali menghiasinya, dan tidak pula ia lepas dari sesuatu kecuali mengotorinya.” (HR Muslim)


Minggu, 15 Januari 2012

Konsep Keamanan Sistem Informasi


Keamanan sebuah informasi merupakan suatu hal yang juga harus diperhatikan, karena jika sebuah informasi dapat di access oleh orang yang tidak berhak atau tidak bertanggung jawab, maka keakuratan informasi tersebut akan diragukan, bahkan akan menjadi sebuah informasi yang menyesatkan.

Sistem keamanan informasi (information security) memiliki empat tujuan yang sangat mendasar, yaitu :
-       Availability
Menjamin pengguna yang valid selalu bisa mengakses informasi dan sumberdaya miliknya   sendiri. Untuk memastikan bahwa orang-orang yang memang berhak tidak ditolak untuk mengakses informasi yang memang menjadi haknya.
-       Confidentiality
Menjamin informasi yang dikirim tersebut tidak dapat dibuka dan tidak dapat diketahui orang yang tidak berhak. Sehingga upaya orang-orang yang ingin mencuri informasi tersebut akan sia-sia.
-       Integrity
Menjamin konsistensi dan menjamin data tersebut sesuai dengan aslinya. Sehingga upaya orang-orang yang berusaha merubah data itu akan ketahuan dan percuma.
-       Legitimate Use
Menjamin kepastian bahwa sumberdaya tidak dapat digunakan oleh orang yang tidak berhak.
      Untuk melakukan pengamanan terhadap sebuah informasi, maka kita juga harus mempelajari berbagai macam bentuk ancaman yang mungkin terjadi. Hal tersebut penting diketahui dan dipelajari agar sistem yang dimiliki dapat dilindungi secara efektif dan efisien. 
            
            Beberapa Tekhnik pencurian data dan cara mengatasinya
1.    Teknik Session Hijacking
    Dengan session hijacking, hacker menempatkan sistem monitoring/spying terhadap pengetikan yang dilakukan pengguna pada PC yang digunakan oleh pengguna untuk mengunjungi situs. Untuk mengatasi masalah ini pengguna sebaiknya menggunakan komputer yang benar-benar terjamin dan tidak digunakan oleh sembarang orang, misalnya komputer di rumah, kantor, dsb. 

2.   Teknik Packet Sniffing
     Pada teknik ini hacker melakukan monitoring atau penangkapan terhadap paket data yang ditransmisikan dari komputer client ke web server pada jaringan internet. Untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan enkripsi/penyandian paket data pada komputer client sebelum dikirimkan melalui media internet ke web server. 

3.   Teknik DNS Spoofing
Pada teknik ini hacker berusaha membuat pengguna mengunjungi situs yang salah sehingga memberikan informasi rahasia kepada pihak yang tidak berhak. Untuk melakukan tehnik ini hacker umumnya membuat situs yang mirip namanya dengan nama server eCommerce asli. Misalnya www.klikbca.com merupakan situs yang asli, maka hacker akan membuat situs bernama www.klik_bca.com, www.klikbca.org, www.klik-bca.com, www.klikbca.co.id. Dengan demikian ketika pengguna membuka alamat yang salah, ia akan tetap menduga ia mengunjungsi situs klikbca yang benar.
Untuk mengatasi masalah  tersebut di atas dapat dipecahkan dengan melengkapi Digital Certificates pada situs asli. Dengan demikian meskipun hacker dapat membuat nama yang sama namun tidak bisa melakukan pemalsuan digital certificate. Pengguna atau pengunjung situs dapat mengetahui bahwa situs itu asli atau tidak dengan melihat ada tidaknya certificate pada situs tersebut menggunakan browser mereka. Disamping itu webserver eCommerce harus dilengkapi dengan firewall yang akan menyaring paket-paket data yang masuk sehingga terhindar dari serangan Denial Of Service (DoS)

                         4.   Teknik Website Defacing
Pada teknik ini hacker melakukan serangan pada situs asli misalkan www.klikbca.com kemudian mengganti isi halaman pada server tersebut dengan miliknya. Dengan demikian pengunjung akan mengunjungi alamat dan server yang benar namun halaman yang dibuat hacker.
Untuk mengatasi masalah di atas server eCommerce perlu dikonfigurasi dengan baik agar tidak memiliki security hole dan harus dilengkapi firewall yang akan menyaring paket data yang dapat masuk ke situs tersebut.